Definisi
Kanker adalah suatu kondisi dimana
sel
telah kehilangan pengendalian dan mekanisme normalnya, sehingga
mengalami pertumbuhan yang tidak normal, cepat dan tidak terkendali.
Selain itu, kanker payudara (Carcinoma mammae) didefinisikan sebagai
suatu penyakit neoplasma yang ganas yang berasal dari parenchyma.
Penyakit ini oleh Word Health Organization (
WHO) dimasukkan ke dalam
International Classification of Diseases (ICD) dengan kode nomor 17.
Patofisiologi
Beberapa jenis kanker payudara sering menunjukkan disregulasi
hormon HGF dan
onkogen Met, serta
ekspresi berlebih
enzim PTK-6.
Transformasi
Sel-sel kanker dibentuk dari sel-sel normal dalam suatu proses rumit
yang disebut transformasi, yang terdiri dari tahap inisiasi dan
promosi.
Fase inisiasi
Pada tahap inisiasi terjadi suatu perubahan dalam bahan genetik sel yang memancing sel menjadi ganas. Perubahan dalam bahan
genetik sel ini disebabkan oleh suatu agen yang disebut
karsinogen, yang bisa berupa bahan
kimia,
virus,
radiasi (penyinaran) atau
sinar matahari.
Tetapi tidak semua sel memiliki kepekaan yang sama terhadap suatu
karsinogen. Kelainan genetik dalam sel atau bahan lainnya yang disebut
promotor, menyebabkan sel lebih rentan terhadap suatu karsinogen. Bahkan
gangguan
fisik menahunpun bisa membuat sel menjadi lebih peka untuk mengalami suatu keganasan.
Progesteron, sebuah
hormon yang menginduksi
ductal side-branching pada kelenjar payudara dan
lobualveologenesis pada
sel epitelial payudara, diperkirakan berperan sebagai aktivator lintasan
tumorigenesis pada sel payudara yang diinduksi oleh
karsinogen.
Progestin akan menginduksi
transkripsi regulator
siklus sel berupa
siklin D1 untuk disekresi sel epitelial. Sekresi dapat ditingkatkan sekitar 5 hingga 7 kali lipat dengan stimulasi hormon
estrogen, oleh karena estrogen merupakan hormon yang mengaktivasi
ekspresi pencerap progesteron pada sel epitelial. Selain itu, progesteron juga menginduksi
sekresi kalsitonin sel luminal dan
morfogenesis kelenjar.
Fase promosi
Pada tahap promosi, suatu sel yang telah mengalami inisiasi akan
berubah menjadi ganas. Sel yang belum melewati tahap inisiasi tidak akan
terpengaruh oleh promosi. Karena itu diperlukan beberapa faktor untuk
terjadinya keganasan (gabungan dari sel yang peka dan suatu karsinogen).
Fase metastasis
Metastasis menuju ke
tulang merupakan hal yang kerap terjadi pada kanker payudara, beberapa diantaranya disertai komplikasi lain seperti
simtoma hiperkalsemia,
pathological fractures atau
spinal cord compression. Metastasis demikian bersifat
osteolitik, yang berarti bahwa
osteoklas hasil induksi sel kanker merupakan mediator
osteolisis dan mempengaruhi
diferensiasi dan aktivitas
osteoblas serta osteoklas lain hingga meningkatkan resorpsi tulang.
Tulang merupakan
jaringan unik yang terbuat dari matriks
protein yang mengandung
kalsium dengan
kristal hydroxyappatite sehingga mekanisme yang biasa digunakan oleh sel kanker untuk membuat ruang pada matriks ekstraselular dengan penggunaan
enzim metaloproteinase matriks tidaklah efektif. Oleh sebab itu, resorpsi tulang yang memungkinkan invasi
neoplastik terjadi akibat interaksi antara sel kanker payudara dengan
sel endotelial yang dimediasi oleh
ekspresi VEGF. VEGF merupakan
mitogen angiogenik positif yang bereaksi dengan
sel endotelial. Tanpa faktor angiogenik negatif seperti
angiostatin,
sel endotelial yang berinteraksi dengan VEGF sel kanker melalui
pencerap VEGFR-1 dan VEGFR-2, akan meluruhkan matriks ekstraselular,
bermigrasi dan membentuk
tubulus.
Klasifikasi
Terdapat beberapa jenis sel kanker yang dapat ter
kultur pada kanker payudara, yaitu
sel MCF-7,
sel T-47D,
sel MDA-MB-231,
sel MB-MDA-468,
sel BT-20 dan
sel BT-549.
Histopatologi
Berdasarkan WHO
Histological Classification of breast tumor, kanker payudara diklasifikasikan sebagai berikut:
- Non-invasif karsinoma
- Non-invasif duktal karsinoma
- Lobular karsinoma in situ
- Invasif karsinoma
- Invasif duktal karsinoma
- Papilobular karsinoma
- Solid-tubular karsinoma
- Scirrhous karsinoma
- Special types
- Mucinous karsinoma
- Medulare karsinoma
- Invasif lobular karsinoma
- Adenoid cystic karsinoma
- karsinoma sel squamos
- karsinoma sel spindel
- Apocrin karsinoma
- Karsinoma dengan metaplasia kartilago atau osseus metaplasia
- Tubular karsinoma
- Sekretori karsinoma
- Lainnya
- Paget's Disease
Stadium
Stadium penyakit kanker adalah suatu keadaan dari hasil penilaian
dokter
saat mendiagnosis suatu penyakit kanker yang diderita pasiennya, sudah
sejauh manakah tingkat penyebaran kanker tersebut baik ke
organ atau
jaringan
sekitar maupun penyebaran ketempat lain. Stadium hanya dikenal pada
tumor ganas atau kanker dan tidak ada pada tumor jinak. Untuk menentukan
suatu stadium, harus dilakukan pemeriksaan klinis dan ditunjang dengan
pemeriksaan penunjang lainnya yaitu
histopatologi atau PA,
rontgen , USG, dan bila memungkinkan dengan
CT scan,
scintigrafi,
dll. Banyak sekali cara untuk menentukan stadium, namun yang paling
banyak dianut saat ini adalah stadium kanker berdasarkan klasifikasi
sistem TNM yang direkomendasikan oleh UICC (
International Union Against Cancer dari
World Health Organization)/AJCC (
American Joint Committee On cancer yang disponsori oleh
American Cancer Society dan
American College of Surgeons).
Sistem TNM
TNM merupakan singkatan dari "T" yaitu
tumor size atau ukuran
tumor , "N" yaitu
node atau kelenjar getah bening regional dan "M" yaitu
metastasis
atau penyebaran jauh. Ketiga faktor T, N, dan M dinilai baik secara
klinis sebelum dilakukan operasi, juga sesudah operasi dan dilakukan
pemeriksaan histopatologi (PA). Pada kanker payudara, penilaian TNM
sebagai berikut:
- T (tumor size), ukuran tumor:
- T 0: tidak ditemukan tumor primer
- T 1: ukuran tumor diameter 2 cm atau kurang
- T 2: ukuran tumor diameter antara 2-5 cm
- T 3: ukuran tumor diameter > 5 cm
- T 4: ukuran tumor berapa saja, tetapi sudah ada penyebaran ke kulit
atau dinding dada atau pada keduanya, dapat berupa borok, edema atau
bengkak, kulit payudara kemerahan atau ada benjolan kecil di kulit di
luar tumor utama
- N (node), kelenjar getah bening regional (kgb):
- N 0: tidak terdapat metastasis pada kgb regional di ketiak/aksilla
- N 1: ada metastasis ke kgb aksilla yang masih dapat digerakkan
- N 2: ada metastasis ke kgb aksilla yang sulit digerakkan
- N 3: ada metastasis ke kgb di atas tulang selangka (supraclavicula) atau pada kgb di mammary interna di dekat tulang sternum
- M (metastasis), penyebaran jauh:
- M x: metastasis jauh belum dapat dinilai
- M 0: tidak terdapat metastasis jauh
- M 1: terdapat metastasis jauh
Setelah masing-masing faktor T, N, dan M didapatkan, ketiga faktor
tersebut kemudian digabung dan akan diperoleh stadium kanker sebagai
berikut:
- Stadium 0: T0 N0 M0
- Stadium 1: T1 N0 M0
- Stadium II A: T0 N1 M0/T1 N1 M0/T2 N0 M0
- Stadium II B: T2 N1 M0 / T3 N0 M0
- Stadium III A: T0 N2 M0/T1 N2 M0/T2 N2 M0/T3 N1 M0
- Stadium III B: T4 N0 M0/T4 N1 M0/T4 N2 M0
- Stadium III C: Tiap T N3 M0
- Stadium IV: Tiap T-Tiap N-M1
Genetik
Array-mikro DNA
Array-mikro
DNA merupakan suatu metode yang diawali dengan membandingkan sel normal dengan sel kanker dan melihat perbedaan yang terjadi pada
ekspresi genetik
antara dua jenis sel. Walaupun perbedaan ekspresi genetik tersebut
belum tentu menunjukkan ciri khas onkogen sel kanker, namun beberapa
grup periset mempertimbangkan bahwa beberapa grup/kluster
gen mempunyai kecenderungan untuk meninggalkan jejak genetik pada sel lain hingga terjadi
ekspresi genetik yang sama, yang disebut profil genetik. Dengan demikian, dinamika fungsional gen dan
genom dapat diamati seperti proses
transkripsi mRNA, identifikasi domain pengikat dari protein
asam nukleat,
analisis single-nucleotide polymorphism.
Sejumlah profil genetik telah diajukan oleh berbagai pihak, beberapa diantaranya adalah:
- Profil genetik dari American Society of Clinical Oncology yang menawarkan klasifikasi berdasarkan CA 15.3, CA 27.29, CEA, pencerap estrogen, pencerap progesteron, pencerap faktor pertumbuhan epidermal-2, aktivator plasminogen urokinase, penghambat aktivator plasminogen 1. Penggunaan kategori berikut sebagai dasar diagnosa juga dianggap belum cukup; DNA/ploiditas dengan penggunaan sitometri, p53, cathepsin D, siklin E, multiparameter assays tertentu, deteksi metastasis-mikro pada sumsum tulang dan kadar sel tumor dalam sirkulasi darah.
- Profil genetik yang disebut normal breast-like, basal, luminal A, luminal B, dan ERBB2+.
- Subtipe berdasarkan ESR1/ERBB2 dengan profil ESR1+/ERBB2-, ESR1-/ERBB2-, dan ERBB2+.
Profil intrinsik Perou-Sørlie
Dari sudut pandang
histologi, sel tumor payudara merupakan jaringan kompleks yang terdiri dari berbagai jenis sel selain sel kanker. Untuk mendapatkan profil genetik dari sebuah tumor, perlu diketahui ekspresi genetik khas dari tiap sel yang merupakan hasil
transkripsi kluster
gen tertentu, kemudian dicari kesamaan kluster pada sel lain dari jenis yang berbeda.
Pada profil intrinsik, ditemukan 8 kluster genetik yang merupakan variasi sel-sel tertentu yang terdapat di dalam tumor.
- Sel endotelial. Sebuah kluster gen merupakan ciri khas ekspresi genetik sel endotelial, seperti CD34, CD31, faktor von Willebrand, baik sel endotelial dari kultur HUVEC maupun HMVEC.
- Sel stromal. Ekspresi protein dari sel stromal merupakan kluster genetik yang teridentifikasi terlebih dahulu dan meliputi beberapa isomer kolagen
- Sel payudara normal maupun yang kaya akan adiposa dengan kluster genetik meliputi fatty-acid binding protein 4 dan PPAR
- Sel B, meninggalkan jejak genetik seperti ekspresi gen berupa protein imunoglobulin saat melakukan infiltrasi dan memberikan variasi pada kluster genetik seperti yang terjadi pada ekspresi sel RPMI-8226 dari kultur mieloma multipel.
- Sel T juga meninggalkan jejak genetik yang menjadi indikasi aktivitas infiltrasi. Sebuah kluster geneteik meliputi kluster diferensiasi CD3 dan 2 subunit pencerap sel T ditemukan pada sel MOLT-4 dari kultur leukimia.
- Makrofaga. Sebuah kluster genetik yang nampaknya merupakan ciri khas makrofaga/monosit adalah ekspresi CD68, acid phosphatase 5, chitinase dan lysozyme.
Terdapat dua jenis
sel epitelial pada kelenjar ini, yaitu sel basal atau
sel mioepitelial, dan
sel epitelial luminal.
Banyak gen yang hanya dimiliki oleh salah satu jenis sel ini dan jarang
ditemukan gen yang dimiliki oleh kedua sel. Kluster genetik
sel basal meliputi
keratin-5,
keratin-17,
integrin-4 dan
laminin. Sedangkan kluster genetik
sel luminal meliputi
faktor transkripsi yang berkaitan dengan pencerap
estrogen seperti
GATA-binding protein-3,
X-box binding protein-1 dan
hepatocyte nuclear factor-3.
Lintasan onkogenik
Klasifikasi menurut lintasan onkogenik terbagi menjadi 4 subtipe yang disebut
Berdasarkan klasifikasi ini, hasil sampling dari 2.544 kasus yang terjadi di
Amerika, 73% didapati mengidap subtipe luminal A, 12% penderita luminal B, 11% adalah kanker
triple negative dan 4% merupakan jenis HER-2
over-expressing.
Beberapa ahli lain menambahkan subtipe seperti;
Gejala klinis
Gejala klinis kanker
payudara dapat berupa:
Benjolan pada payudara
Umumnya berupa benjolan yang tidak
nyeri pada payudara. Benjolan itu mula-mula kecil, semakin lama akan semakin besar, lalu melekat pada
kulit atau menimbulkan perubahan pada kulit payudara atau pada puting
susu.
Erosi atau eksema puting susu
Kulit atau puting susu tadi menjadi tertarik ke dalam (retraksi), berwarna
merah muda atau
kecoklat-coklatan sampai menjadi
oedema hingga kulit kelihatan seperti kulit
jeruk (
peau d'orange), mengkerut, atau timbul
borok (
ulkus)
pada payudara. Borok itu semakin lama akan semakin besar dan mendalam
sehingga dapat menghancurkan seluruh payudara, sering berbau busuk, dan
mudah berdarah. Ciri-ciri lainnya antara lain:
- Pendarahan pada puting susu.
- Rasa sakit atau nyeri pada umumnya baru timbul apabila tumor sudah
besar, sudah timbul borok, atau bila sudah muncul metastase ke tulang-tulang.
- Kemudian timbul pembesaran kelenjar getah bening di ketiak, bengkak (edema) pada lengan, dan penyebaran kanker ke seluruh tubuh (Handoyo, 1990).
Kanker payudara lanjut sangat mudah dikenali dengan mengetahui kriteria operbilitas Heagensen sebagai berikut:
- terdapat edema luas pada kulit payudara (lebih 1/3 luas kulit payudara);
- adanya nodul satelit pada kulit payudara;
- kanker payudara jenis mastitis karsinimatosa;
- terdapat model parasternal;
- terdapat nodul supraklavikula;
- adanya edema lengan;
- adanya metastase jauh;
- serta terdapat dua dari tanda-tanda locally advanced, yaitu ulserasi kulit, edema
kulit, kulit terfiksasi pada dinding toraks, kelenjar getah bening
aksila berdiameter lebih 2,5 cm, dan kelenjar getah bening aksila
melekat satu sama lain.
Keluarnya cairan (Nipple discharge)
Nipple discharge adalah keluarnya cairan dari puting susu
secara spontan dan tidak normal. Cairan yang keluar disebut normal
apabila terjadi pada wanita yang hamil, menyusui dan pemakai pil
kontrasepsi. Seorang wanita harus waspada apabila dari puting susu
keluar cairan berdarah cairan encer dengan warna merah atau coklat,
keluar sendiri tanpa harus memijit puting susu, berlangsung terus
menerus, hanya pada satu payudara (unilateral), dan cairan selain air
susu.
Faktor-faktor penyebab
Faktor risiko
Menurut Moningkey dan Kodim, penyebab spesifik kanker payudara masih
belum diketahui, tetapi terdapat banyak faktor yang diperkirakan
mempunyai pengaruh terhadap terjadinya kanker payudara diantaranya:
- Faktor reproduksi:
Karakteristik reproduktif yang berhubungan dengan risiko terjadinya
kanker payudara adalah nuliparitas, menarche pada umur muda, menopause
pada umur lebih tua, dan kehamilan pertama pada umur tua. Risiko utama
kanker payudara adalah bertambahnya umur. Diperkirakan, periode antara terjadinya haid pertama dengan umur saat kehamilan pertama merupakan window of initiation perkembangan kanker payudara. Secara anatomi
dan fungsional, payudara akan mengalami atrofi dengan bertambahnya
umur. Kurang dari 25% kanker payudara terjadi pada masa sebelum menopause sehingga diperkirakan awal terjadinya tumor terjadi jauh sebelum terjadinya perubahan klinis.
- Penggunaan hormon: Hormon estrogen berhubungan dengan terjadinya kanker payudara. Laporan dari Harvard School of Public Health menyatakan bahwa terdapat peningkatan kanker payudara yang signifikan pada para pengguna terapi estrogen replacement. Suatu metaanalisis menyatakan bahwa walaupun tidak terdapat risiko kanker payudara pada pengguna kontrasepsi oral,
wanita yang menggunakan obat ini untuk waktu yang lama mempunyai risiko
tinggi untuk mengalami kanker payudara sebelum menopause. Sel-sel yang
sensitive terhadap rangsangan hormonal mungkin mengalami perubahan
degenerasi jinak atau menjadi ganas.
- Penyakit fibrokistik:
Pada wanita dengan adenosis, fibroadenoma, dan fibrosis, tidak ada
peningkatan risiko terjadinya kanker payudara. Pada hiperplasis dan
papiloma, risiko sedikit meningkat 1,5 sampai 2 kali. Sedangkan pada
hiperplasia atipik, risiko meningkat hingga 5 kali.
- Obesitas:
Terdapat hubungan yang positif antara berat badan dan bentuk tubuh
dengan kanker payudara pada wanita pasca menopause. Variasi terhadap
kekerapan kanker ini di negara-negara Barat dan bukan Barat serta
perubahan kekerapan sesudah migrasi menunjukkan bahwa terdapat pengaruh diet terhadap terjadinya keganasan ini.
- Konsumsi lemak:
Konsumsi lemak diperkirakan sebagai suatu faktor risiko terjadinya
kanker payudara. Willet dkk. melakukan studi prospektif selama 8 tahun
tentang konsumsi lemak dan serat dalam hubungannya dengan risiko kanker
payudara pada wanita umur 34 sampai 59 tahun.
- Radiasi: Eksposur dengan radiasi ionisasi
selama atau sesudah pubertas meningkatkan terjadinya risiko kanker
payudara. Dari beberapa penelitian yang dilakukan disimpulkan bahwa
risiko kanker radiasi berhubungan secara linier dengan dosis dan umur saat terjadinya eksposur.
- Riwayat keluarga dan faktor genetik:
Riwayat keluarga merupakan komponen yang penting dalam riwayat
penderita yang akan dilaksanakan skrining untuk kanker payudara.
Terdapat peningkatan risiko keganasan pada wanita yang keluarganya
menderita kanker payudara. Pada studi genetik ditemukan bahwa kanker
payudara berhubungan dengan gen tertentu. Apabila terdapat BRCA 1, yaitu suatu gen kerentanan terhadap kanker payudara, probabilitas
untuk terjadi kanker payudara sebesar 60% pada umur 50 tahun dan
sebesar 85% pada umur 70 tahun. Faktor Usia sangat berpengaruh ->
sekitar 60% kanker payudara terjadi di usia 60 tahun. Resiko terbesar
usia 75 tahun
Faktor Genetik
Kanker peyudara dapat terjadi karena adanya beberapa faktor genetik
yang diturunkan dari orangtua kepada anaknya. Faktor genetik yang
dimaksud adalah adanya mutasi pada beberapa gen yang berperan penting
dalam pembentukan kanker payudara gen yang dimaksud adalah beberapa gen
yang bersifat
onkogen dan gen yang bersifat mensupresi tumor.
Gen pensupresi tumor yang berperan penting dalam pembentukan kanker payudara diantaranya adalah gen BRCA1 dan gen BRCA2.
Pengobatan kanker
Ada beberapa pengobatan kanker payudara yang penerapannya banyak
tergantung pada stadium klinik penyakit (Tjindarbumi, 1994), yaitu:
Mastektomi
Mastektomi adalah
operasi pengangkatan payudara. Ada 3 jenis mastektomi (Hirshaut & Pressman, 1992):
- Modified Radical Mastectomy, yaitu operasi
pengangkatan seluruh payudara, jaringan payudara di tulang dada, tulang
selangka dan tulang iga, serta benjolan di sekitar ketiak.
- Total (Simple) Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan seluruh payudara saja, tetapi bukan kelenjar di ketiak.
- Radical Mastectomy, yaitu operasi pengangkatan
sebagian dari payudara. Biasanya disebut lumpectomy, yaitu pengangkatan
hanya pada jaringan yang mengandung sel kanker, bukan seluruh payudara.
Operasi ini selalu diikuti dengan pemberian radioterapi. Biasanya
lumpectomy direkomendasikan pada pasien yang besar tumornya kurang dari 2
cm dan letaknya di pinggir payudara.
Radiasi
Penyinaran/radiasi adalah proses penyinaran pada
daerah yang terkena kanker dengan menggunakan
sinar X dan
sinar gamma yang bertujuan membunuh sel kanker yang masih tersisa di payudara setelah operasi (Denton, 1996). Efek pengobatan ini
tubuh menjadi lemah, nafsu makan berkurang, warna kulit di sekitar payudara menjadi
hitam, serta Hb dan
leukosit cenderung menurun sebagai akibat dari radiasi.
Kemoterapi
Kemoterapi adalah proses pemberian
obat-obatan anti kanker atau
sitokina dalam bentuk pil cair atau
kapsul atau melalui infus yang bertujuan membunuh sel kanker melalui mekanisme
kemotaksis.
Tidak hanya sel kanker pada payudara, tapi juga di seluruh tubuh
(Denton, 1996). Efek dari kemoterapi adalah pasien mengalami mual dan
muntah serta rambut rontok karena pengaruh obat-obatan yang diberikan
pada saat kemoterapi.
Lintasan metabolisme
Asam bifosfonat merupakan senyawa penghambat aktivitas osteoklas dan resorpsi tulang yang sering digunakan untuk melawan
osteoporosis yang diinduksi oleh
ovarian suppression, hiperkalsemia dan kelainan
metabolisme tulang, menunjukkan efektivitas untuk menurunkan metastasis sel kanker payudara menuju tulang.
[17]
Walaupun pada umumnya asupan asam bifosfonat dapat ditoleransi tubuh,
penggunaan dalam jangka panjang dapat menimbulkan efek samping seperti
osteonekrosis dan turunnya fungsi ginjal.
[18]
CT dapat menginduksi sel kanker payudara untuk memproduksi
cAMP dan menghambat perkembangan sel kanker.
[19] Molekul cAMP tersebut terbentuk dari
ekspresi pencerap
CT yang terhubung
adenylate cyclase oleh paling tidak satu buah
guanine nucleotide-binding protein. Respon
cAMP terhadap
CT dapat menurun ketika
sel ter
inkubasi senyawa mitogenik berupa
17beta-estradiol dan
EGF; dan meningkat seiring inkubasi senyawa penghambat pertumbuhan seperti
tamoxifen dan
1,25(OH)2D3; serta
oligonukleotida dan
proto-onkogen c-myc. Namun penggunaan
tamoxifen meningkatkan risiko terjadi
polip endometrial,
hiperplasia dan
kanker, melalui mekanisme
adrenomedulin.
[20]
Respon berupa produksi
cAMP yang kuat, tidak ditemukan pada senyawa selain
CT. Senyawa efektor
adenylate cyclase seperti
forskolin dan senyawa
beta-adrenergic receptor agonist seperti
isoproterenol hanya menghasilkan sedikit produksi
cAMP.
Pada sel MDA-MB-231,
CT akan menginduksi
fosforilasi c-Raf pada
serina posisi ke 259 melalui
lintasan protein kinase A dan menyebabkan terhambatnya fosforilasi ERK1/2 yang diperlukan bagi kelangsungan hidup sel MDA-MB-231,
[21] dan menghambat ekspresi
mRNA uPA yang diperlukan sel MDA-MB-231 untuk invasi dan metastasis.
[22] Walaupun demikian kalsitonin tidak mempunyai efek yang signifan untuk menghambat
proliferasi sel MCF-7. Apoptosis sel MDA-MB-231 juga diinduksi oleh
asam lipoat yang menghambat
fosforilasi Akt dan
mRNA AKT, aktivitas
Bcl-2 dan
protein Bax,
MMP-9 dan
MMP-2,
[23] serta meningkatkan aktivitas
kaspase-3.
[24]
Strategi pencegahan
Pada prinsipnya, strategi pencegahan dikelompokkan dalam tiga kelompok besar, yaitu pencegahan pada
lingkungan, pada pejamu, dan
milestone.
Hampir setiap epidemiolog sepakat bahwa pencegahan yang paling efektif
bagi kejadian penyakit tidak menular adalah promosi kesehatan dan
deteksi dini. Begitu pula pada kanker payudara, pencegahan yang
dilakukan antara lain berupa:
Pencegahan primer
Pencegahan
primer pada kanker payudara merupakan salah satu bentuk promosi kesehatan karena dilakukan pada orang yang "
sehat"
melalui upaya menghindarkan diri dari keterpaparan pada berbagai faktor
risiko dan melaksanakan pola hidup sehat. Pencagahan primer ini juga
bisa berupa pemeriksaan SADARI (pemeriksaan payudara sendiri) yang
dilakukan secara rutin sehingga bisa memperkecil faktor risiko terkena
kanker payudara.
[25]
Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder dilakukan terhadap individu yang memiliki risiko
untuk terkena kanker payudara. Setiap wanita yang normal dan memiliki
siklus
haid normal merupakan populasi
at risk
dari kanker payudara. Pencegahan sekunder dilakukan dengan melakukan
deteksi dini. Beberapa metode deteksi dini terus mengalami perkembangan.
Skrining melalui
mammografi diklaim memiliki akurasi 90% dari
semua penderita kanker payudara, tetapi keterpaparan terus-menerus pada
mammografi pada wanita yang sehat merupakan salah satu faktor risiko
terjadinya kanker payudara. Karena itu, skrining dengan mammografi tetap
dapat dilaksanakan dengan beberapa pertimbangan antara lain:
- Wanita yang sudah mencapai usia 40 tahun dianjurkan melakukan cancer risk assessement survey.
- Pada wanita dengan faktor risiko mendapat rujukan untuk dilakukan mammografi setiap tahun.
- Wanita normal mendapat rujukan mammografi setiap 2 tahun sampai mencapai usia 50 tahun.
Foster dan Constanta menemukan bahwa kematian oleh kanker payudara
lebih sedikit pada wanita yang melakukan pemeriksaan SADARI (Pemeriksaan
Payudara Sendiri) dibandingkan yang tidak. Walaupun sensitivitas SADARI
untuk mendeteksi kanker payudara hanya 26%, bila dikombinasikan dengan
mammografi maka sensitivitas mendeteksi secara dini menjadi 75%
Pencegahan tertier
Pencegahan tertier biasanya diarahkan pada individu yang telah
positif menderita kanker payudara. Penanganan yang tepat penderita
kanker payudara sesuai dengan stadiumnya akan dapat mengurangi kecatatan
dan memperpanjang harapan hidup penderita. Pencegahan tertier ini
penting untuk meningkatkan kualitas hidup penderita serta mencegah
komplikasi penyakit dan meneruskan pengobatan. Tindakan pengobatan dapat
berupa operasi walaupun tidak berpengaruh banyak terhadap ketahanan
hidup
penderita. Bila kanker telah jauh bermetastasis, dilakukan tindakan
kemoterapi dengan sitostatika. Pada stadium tertentu, pengobatan yang
diberikan hanya berupa simptomatik dan dianjurkan untuk mencari
pengobatan
alternatif.